Sebenarnya kita tahu dengan benar peran kita
dalam kehidupan ini, dimana kita memang memiliki kewajiban untuk berbuat kebajikan . Dengan
demikian mestinya kita tak perlu ragu lagi untuk melakukan kebaikan apapun walau sekedar
menyingkirkan duri-duri tajam yang mungkin saja dapat mencelakai diri dan orang
lain, membantu mempermudahkan perjalannya atau hanya sekear memberikan senyuman yang
tulus kepada orang lain.
Tetapi dalam kehidupan keseharian,
kita sering kali masih saja terjebak dengan kilauan perhiasan dunia yang semu bernama pujian. Kebaikan
apapun yang kita berikan kepada orang lain hanya sekedar imitasi belaka dan ingin memuluskan
jalan apa yang ingin kita peroleh atau hanya sekedar mendapatkan begitu banyak pujian.
Cobalah untuk memahami lebih dalam makna sebuah kebaikan dan ketulusan. Kedua bagaikan dua sisi sumbu cahaya yang saling mengikat satu
sama lain. Jika sumbu cahaya ketulusan putus, maka reduplah cahaya mulia
kebaikan.
Saat kita dihinggapi rasa gundah dan sedih,
cobalah berbuat baiklah terhadap sesama, memberi sedekah kepada yang papa, menolong mereka yang
terzhalimi, meringankan beban sesama yang
menderita, memberi makan sesama yang kelaparan, menjenguk orang sakit
dan membantu orang yang terkena
musibah. Niscaya kita akan
mendapatkan kedamaian dan ketentraman di hati. Kita akan merasakan kebahagiaan
dalam semua sisi kehidupan kita. Karena memang ketenteraman hati terukir oleh pahatan
akhlak dan budi pekerti. Bagaikan laksana
wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, kebaikan juga memberikan
manfaat kepada orang-orang yang berada di sekitarnya. Kebajikan itu terasa bagai
obat-obat manjur yang tersedia di apotik orang-orang yang berhati
baik dan bersih.
Menebar senyum yang manis dan tulus merupakan sedekah jariah.
Dengan demikian risau dan gundah yang
menyelimuti diri oleh ketiadaan untaian kata terima kasih sekalipun dari orang
yang menerima kebaikan dan tak pahami kebaikan yang kita berikan, tak apa. Itu tak akan
mengecilkan artinya. Biarkan cahaya kebaikan menembus setiap dinding hati tuk percantik raga
dan jiwa. Biarkan dia menelurusi
jalan di setiap saluran darah kita. Bebaskan pikiran kita dari segala perasaan berjasa.
Seperti orang bijak berkata, tak perlu tangan kirimu tahu kebaikan apapun yang diperbuat
tangan kananmu, bukan!