Menjadi NLPers yang Sensitif (II)

Menjadi NLPers yang Sensitif (II)
“Apa yang Anda tahu tentang rapport?” tanya seorang dosen saya di kampus dulu.“Basa-basi Pak,” jawab beberapa orang.“Hanya itu?” tanya dosen saya tadi sembari menunjukkan wajah sedikit keheranan. “Ya, rapport itu kan misalnya waktu kita baru pertama kali bertemu dengan klien, lalu kita ajak dia bicara, tanya tentang kabarnya hari ini, dsb. Mirip basa-basi kalau kita ketemu sama orang baru,” jelas salah seorang dari rekan yang hadir waktu itu.Well, sama dengan Anda, saya pun terheran-heran mendengar jawaban seperti ini muncul di kelas tingkat lanjut dari para mahasiswa fakultas psikologi....

Menjadi NLPers yang Sensitif (I)

Menjadi NLPers yang Sensitif (I)
“Apa itu matching dan mirroring? Cuma niru-niru aja kan? Memangnya orang nggak malah jadi marah kalau kita tirukan gerakannya?”Demikian respon yang pernah saya terima ketika mengajarkan rapport building ala NLP dalam sebuah pelatihan untuk para mentor les privat di Jogja 2 tahun lalu. Tidak mengherankan memang jika ia bereaksi demikian, karena ternyata ia memang baru pernah mendengar istilah tersebut dalam sebuah seminar NLP, tanpa memahami secara utuh filosofi dan berlatih melakukannya secara langsung. Berbeda dengan teknik-teknik persuasi yang umum diajarkan, NLP menawarkan pendekatan yang...