Home » » Sikap Menghadapi Perubahan

Sikap Menghadapi Perubahan


Disukai atau tidak, diterima atau tidak bahkan disadari atau tidak, PERUBAHAN sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan keseharian kita. Bila dipikir sejenak dari contoh yang sederhana saja,  sebenarnya tanpa disadaripun, perubahan itu sendiri telah terjadi pada diri kita dengan sendirinya. Kondisi tubuh mulai merenta, rambut memutih, dan bentuk perubahan fisik lainya yang semakin menua dan melemah. Dengan semakin berjalannya waktu, usia akan terus bertambah tidaklah mengherankan kondisi fisik dan ketampanan kecantikan seseorang akan mengalami perubahan.
 
Demikian halnya dengan perubahan yang menghiasi dunia kerja dan organisasi, kemajuan teknologi dan informasi yang sedemikian cepatnya, bergesernya tren mode dan selera pasar terhadap berbagai produk,  persaingan sumber daya manusia yang semakin ketat dan perubahan dalam segala hal memaksa terjadinya perubahan tatanan dan  nilai yang ada.  Mungkin saja kita mengganggap sebuah keputusan yang tidak tepat atau salah 5 atau 10 tahun yang lalu, atau bahkan sebaiknya kita telah memilih keputusan yang terbaik pada saat itu dan ternyata sekarang bisa jadi merupakan keputusan yang kurang efektif atau menjadi keputusan terbaik saat ini. Jelas, ini menunjukkan wajah dunia yang selalu berubah. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana sikap terhadap sebuah perubahan?
 
Seperti halnya di dunia usaha, dengan semakin banyaknya pesaing masuk ke arena bisnis perusahaan kita, semakin berkompetisinya tenaga kerja apakah menjadikannya sebagai tantangan, cambuk bagi kita atau bahkan sebaliknya akan membuat kita terpuruk. Semua ini terpulang kepada kita sebagai anggota organisasi / perusahaan itu sendiri. Meskipun kita pahami, semestinya kita telah mengantisipasi dengan membuat atau merubah pendekatan / strategi-strategi baru yang lebih akurat, jitu, dan mengenai sasaran. Dan yang tidak kalah pentingnya meningkatkan relationship yang lebih baik antar sesama karyawan, dengan para mitra usaha, dan pihak-pihak yang turut mendukung keberhasilan diri dan organisasi.
 
Pada kenyatannya, yang kita temui banyak orang di lingkungan kerja memiliki alergi terhadap 'perubahan'. Perubahan  sudah dianggap menjadi momok yang menakutkan dan harus dihindari. Takut kehilangan posisi, pamor, kenyamanan, merasa tersaingi dengan kedatangan warga baru di organisasi, pengawasan lebih ketat, prosedur merasa lebih ruwet, atasan/pimpinan dianggap berkurang kepercayaannya, pendapatan takut menurun, karir lebih sulit diperoleh karena adanya sistem baru. Ketidakmampuan kita menerima perubahan membuat ketakutan dan keresahan hati timbul dan semakin menyelimuti pikiran. Kekhawatiran seperti itu rasanya tidak perlu ada sepanjang kita dapat menyikapinya dengan positif. Kita perlu percaya bahwa di dunia kerja manapun dan kapanpun perubahan di dalam organisasi pasti terjadi dan itu merupakan dinamika dunia kerja dan proses pembelajaran menuju peningkatan.
 
Sebenarnya perubahan-perubahan berasal dari dalam ke luar. Perubahan tidak datang dari pemangkasan  daun-daun sikap dan perilaku dengan perbaikan cepat dari teknik etika kepribadian. Perubahan berasal dari serangan pada akar susunan pikiran kita, paradigma yang fundamental dan essensial, yang memberi definisi  pada karakter kita dan menciptakan lensa kita untuk melihat dunia. Perubahan itu sendiri adalah sebuah proses transformasi pemikiran atau pendekatan yang lama beralih kepada pemikiran yang baru. Orang tidak dapat hidup dalam perubahan, jika tidak ada suatu inti yang tak dapat berubah pada dirinya. Kunci menuju kemampuan untuk berubah adalah perasaan tak berubah tentang siapa kita, bagaimana naskah hidup kita dan apa nilai-nilai kita. Lajunya perubahan takkan memampukan kita untuk menghentikan langkahnya yang dapat kita lakukan adalah bagaimana kita mengelola dan menyiapkan diri sebelum perubahan itu terjadi.
 
Bagaimana dengan Kita, dunia telah bergeser dan berubah, mengapa Kita  tidak juga berubah ? Jika Kita ingin lebih berhasil dalam kehidupan ini, sudah selayaknya Kitapun berubah. Lakukanlah hal-hal yang baru, kebiasaan-kebiasaan baru yang baik, serta perlakukanlah diri Kita dengan cara yang baru pula. Asahlah terus kemampuan Kita sehingga Kita memperoleh kemampuan dan pengalaman yang baru. Kalau Kita sudah puas dengan apa yang Kita peroleh sekarang dalam kehidupan ini, ini menandakan Kita tidak ingin berubah. Kita sudah terlena dengan apa yang telah Kita miliki, padahal dunia setiap saat berubah. Bagaimana Kita ingin memperoleh sesuatu yang berbeda jika cara-cara Kita selama ini, perilaku-perilaku Kita selama ini, tindakan-tindakan Kita selama ini atau bahkan strategi-strategi Kita selama ini selalu sama alias tidak ada ada perubahan.
 
Merasa tidak nyaman dan takut mengambil resiko yang akan terjadi, merupakan alasan mengapa kita sulit  untuk berubah. Perasaan takut gagal, takut salah, takut ditegur atasan, takut kelemahan diketahui oleh orang lain, takut diremehkan atau ditertawakan, serta takut-takut lainnya adalah membuat kita semakin sukar untuk menghadapi perubahan. Keberhasilan bukanlah diperoleh karena aneka ragam perbedaan budaya, warna kulit, ras, agama, sumber daya alam, jumlah penduduk, tingkat kecerdasan, negara kaya atau miskin, dan perbedaan lainnya – melainkan terletak pada pondasi atau prinsip dasar  manusia yaitu SIKAP DAN PERILAKU yang memampukan pikiran menjadi positif dalam menerima perubahan dan mengubahnya menjad energi yang menghasilkan karya yang lebih baik. 
 
MENERIMA ATAU TIDAK PERUBAHAN adalah sebuah PILIHAN, apakah kita memilih menjadi bagian dari komunitas orang-orang yang pkitai membuat alasan serta pembenaran terhadap tindakannya, padahal yang dilakukan hanyalah bersembunyi terhadap perubahan yang sedang terjadi dan tanpa disadarinya, cepat atau lambat laun dunia akan mengubah secara paksa ATAU MEMILIH menjadikan PERUBAHAN sebagai partner kerja dan hidup untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dan berkualitas. Itu sebuah PILIHAN, bukan!