Home » » Membuat Perbedaan

Membuat Perbedaan


Ketika hendak membeli suatu produk, kita sering dihadapkan pada beragam pilihan. Tapi, mengapa kita cenderung memilih produk tertentu? Mungkin kualitasnya lebih baik dari yang lain. Atau mungkin lebih ekonomis. Mungkin juga lebih sering muncul di tivi. Ketika berinteraksi dengan orang lain, mengapa kita cenderung melihat kepada seseorang? Tentu orang itu menarik perhatian. Tapi menariknya kenapa? Mungkin lebih rapi. Mungkin lebih tinggi. Mungkin lebih murah senyum. Dan beribu kemungkinan lainnya. Tidak soal apakah kita sedang berhadapan dengan benda, ataupun dengan sesama manusia; cara pandang kita sangat ditentukan oleh perbedaan yang bisa benda atau orang itu tunjukkan. Orang lain pun menilai kita berdasarkan perbedaan yang bisa kita perlihatkan. Pertanyaannya adalah; sudahkah Anda mampu membuat sebuah perbedaan di tempat kerja?
 
Jika harus berburu seekor kuda zebra dari sekumpulan zebra lainnya yang sedang merumput di savana, bagaimana cara Anda memilihnya?  Kalau saya, ya tinggal pilih saja satu. Toh tidak ada bedanya zebra yang saya tangkap dengan zebra yang lainnya. Yang penting dapat zebra. Tapi, jika harus menangkap pemimpin zebra itu; bagaimana cara Anda menentukan zebra mana yang harus Anda incar? Meskipun belum pernah melakukannya, tetapi saya punya satu teknik yang pasti; memilih zebra yang bergerak kearah tertentu, dan diikuti oleh zebra lainnya. Sederhana. Dan. Sesederhana itu jugalah memilih calon pemimpin di tempat kerja. Jika kita hanya bersikap dan bertindak seperti pekerja-pekerja lainnya, maka kita hanya akan menjadi zebra biasa. Tapi, jika kita sanggup melakukan sebuah perbedaan tindakan; lalu orang lain di lingkungan kerja kita mengikuti, maka para pengambil keputusan bisa melihat jika kita pemimpin zebra. Mereka akan mudah memilih kita, jika kita sanggup membuat perbedaan. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar membuat perbedaan, saya ajak memulainya dengan memahami dan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
 
1.      Jika sama saja, kita tidak punya daya saing. Mari perhatikan orang-orang disekeliling kita. Perilaku mereka. Cara kerja mereka. Kedisiplinan mereka. Kegigihan mereka. Di lingkungan kerja yang bagus, biasanya orang-orangnya juga bekerja dengan standar yang bagus.  Lalu lihat lagi; apakah Anda sama bagusnya seperti mereka? Jika Anda bisa sebagus mereka tentu Anda termasuk pekerja yang hebat. Tapi, bagaimana kita bisa mengharapkan para pengambil keputusan melihat kita jika kita hanya bisa sebagus orang lain yang juga sudah bagus itu? Kita, tidak memiliki daya saing; jika hanya bisa sama bagusnya dengan orang lain. Oleh karenanya kita mesti lebih baik dari orang lain yang ada di lingkungan kerja kita. Karena, hanya dengan cara itu saja kita bisa memenangkan persaingan dengan mereka.   
 
2.      Membuat perbedaan bukan asal beda. Okelah kalau begitu, mari kita membuat sebuah perbedaan. Tapi jangan sampai terjebak oleh sikap asal beda. Pokoknya ya asal beda saja. Kan yang penting ada perbedaan, supaya orang lain mau memandang kearah kita. Hey, ingatkah Anda tentang jenis murid seperti apa yang paling dikenal di sekolah dulu? Hanya 4 jenis; (1) murid yang paling pintar, (2) murid yang paling badung, (3) yang paling cantik atau ganteng, dan (4) yang paling suka pamer kekayaan.  Di kantor, hanya berlaku 2 jenis karyawan yaitu; yang paling baik atau paling buruk perilaku dan kinerjanya. Jadi, beda saja tidak cukup. Karena hanya perbedaan yang memberi nilai positif saja yang akan dihargai. Oleh karenanya, kita perlu berlomba untuk membuat perbedaan positif itu ditempat kerja. Selain bagus buat lingkungan kerja kita, tentunya pasti bagus untuk diri kita sendiri.
 
3.      Menetapkan standar pribadi yang tinggi. Sebagian besar pekerja lebih suka Teng-Go. Itu jelas sekali. Atau berprinsip; ’kerjaan gue kan sudah selesai, so what? Performance appraisal tahunan selalu bagus, kok.’ Wajar bersikap begitu, jika kita hanya memikirkan untuk sekedar menyelesaikan pekerjaan. Tapi jika kita hanya bekerja untuk sekedar menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka kita baru sanggup menunjukkan jika kita memang orang yang tepat untuk posisi yang kita sandang sekarang. Makanya, cocok kalau ada di posisi itu melulu. Padahal kita mendambakan posisi lebih tinggi, bukan? Makanya, setelah selesai dengan pekerjaan Anda; jangan gampang bilang ‘tugas gue sudah selesai’. Belajarlah untuk menaikkan standar kualitas pribadi Anda, satu tingkat lebih tinggi dari tuntutan kerja pada posisi Anda. Salah satu caranya, bantu atasan Anda menyelesaikan lebih banyak pekerjaan. Dengan begitu, kualitas Anda bisa lebih tinggi dari kebanyakan orang di teamnya. Anda pun terlihat berbeda.
 
4.      Memilih arus menuju muara yang bagus. Meskipun kita harus membuat perbedaan, kita juga tidak terlepas dari keterkaitan dengan kelompok. Perilaku yang ditunjukkan oleh sekelompok orang membentuk suatu pola. Makanya, orang lain cenderung mengikuti pola perilaku kelompoknya. Misalnya, jika kelompok kerja Anda rajin; biasanya orang lain yang baru bergabung cenderung terbawa rajin. Kita juga mengenal kelompok kerja yang punya reputasi buruk, karena perilaku kerja setiap orang didalamnya yang buruk. Mengapa orang cenderung meniru perilaku kelompoknya? Karena perilaku kelompok itu seperti arus air. Punya kecenderungan untuk menghanyutkan apapun yang dilintasinya. Atau sedikit demi sedikit menggerusnya hingga habis terkikis. Inilah pentingnya memilih arus yang hendak kita ikuti. Karena tidak semua aliran air menuju ke tempat yang bagus, maka kita tidak boleh asal ikut arus. Perilaku buruk kelompok, sudah pasti akan membawa ke ujung yang juga buruk. Jadi, pilihlan perilaku kelompok yang bagus lalu tinggal Anda nikmati saja alirannya
 
5.      Menyiapkan diri sebagai pelopor. Kita tidak selalu bisa mendapatkan kelompok yang punya pola perilaku positif. Tidak lagi bisa memilih arus perilaku, karena hanya ada 1 pilihan; arus perilaku kelompok yang buruk itu. Teman saya bilang; ya udah ikuti saja. Teman lain bilang; pindah kerja saja. Pilihan manapun yang Anda ikuti, sah-sah saja. Tapi, bagaimana jika kita menjadi orang pertama yang bersikap dan berperilaku positif disitu? Tantangannya memang besar sekali. Tetapi, bukankah ini inti tentang membuat perbedaan? Semua tokoh besar dunia, memulai kiprahnya dengan membuat perbedaan. Banyak yang awalnya dianggap aneh. Tapi melalui ‘keanehan’ itulah lingkungan mengalami perbaikan. Boleh jadi, tempat kerja Anda pun sudah sejak lama mendambakan perbaikan itu. Namun, tidak ada orang yang mempelopori. Dan boleh jadi, Andalah sang pelopor itu.
 
Paling mudah kalau kita ikuti saja apa yang ada disekitar kita. Tapi sangat beresiko, khususnya jika lingkungan kita buruk. Lingkungan yang baik memang bagus untuk membentuk karakter dan pola perilaku kita yang baik. Tapi, bisa melenakan kita sehingga merasa sudah baik juga. Padahal, kita tidak hanya dituntut untuk menjadi pribadi yang baik. Kita juga ditantang untuk menjadi pribadi yang mampu membuat sebuah perbedaan. Mengapa begitu? Karena tanpa perbedaan itu, kita tidak ada bedanya dengan orang lain. Dan kita, tidak memiliki daya saing kuat dihadapan orang lain. Lebih dari itu, kita perlu ingat bahwa Tuhan; tidak menciptakan kita sebagai duplikat dari orang lain. Dia, telah menciptakan kita sebagai pribadi yang berbeda secara positif. Maka sepatutnya kita berupaya untuk bisa memberikan perbedaan yang bermakna, bagi lingkungan kerja kita. Ayo, kita coba sekarang juga.