Anda memiliki sebuah pengalaman yang mengesalkan?
OK. Pikirkan kembali pengalaman tersebut. Ingat-ingatlah secara mendetil kejadiannya ketika itu.
Anda bisa melakukannya? Bagus. Apa yang muncul dalam pikiran Anda? Sebuah gambaran? Suara? Perasaan tertentu?
Sekarang perhatikan lebih detil lagi gambaran yang muncul, perjelas lagi suara yang Anda dengar, dan tingkatkan lagi intensitas perasaan yang Anda rasakan. Jadikan pengalaman itu senyata mungkin sehingga Anda bisa merasakan kembali kondisi Anda ketika itu.
Anda mampu melakukannya? Sangat bagus.
Saya tidak tahu persis bagaimana Anda akan melakukannya, karena sembari Anda menjalankan proses ini, Anda boleh keluar dari gambaran tersebut dan menjadi seorang penonton. Ya, Anda sedang menonton sebuah film tentang kejadian mengesalkan tersebut sekarang. Dengan demikian, Anda melihat dari bangku penonton, Anda mendengar dari telinga seorang penonton, dan Anda merasa menggunakan rasa seorang penonton.
Bisa? Perfect!
Berhentilah sejenak untuk menuliskan apa yang baru saja Anda lihat, dengar, dan rasakan. Barangkali Anda melihat pengalaman tersebut berwarna atau hitam putih, 2 atau 3 dimensi, bergerak atau diam, dll? Mungkin Anda mendengar suara yang keras atau pelan, cepat atau lambat, dari diri Anda sendiri atau dari orang lain, dll? Bisa jadi Anda merasakan perasaan tertentu seperti berat atau ringan, keras atau lembut, dll?
Jika sudah, kembalilah memikirkan kejadian tersebut sepenuhnya, untuk kemudian kembali menjadi penonton. Selami kembali kejadian tersebut sambil tetap mempertahankan detil yang sudah Anda temukan sebelumnya.
Sambil tetap menonton film itu diputar di bioskop tadi sebagai seorang penonton, Anda boleh mulai bertanya kepada diri Anda sendiri:
· Apa maksud baik dari kejadian ini?
· Apa persisnya yang bisa kupelajari dari kejadian ini?
· Bagaimana persisnya pelajaran yang kudapat dari kejadian ini bisa membantuku untuk mencapai tujuan yang ingin kucapai?
Nikmati waktu Anda sampai Anda menemukan beberapa jawaban atas pertanyaan tersebut.
Jika Anda merasa sudah menemukan jawabannya, rasakan apa yang Anda rasakan demi melihat kembali film tersebut. Cermati apa yang Anda lihat dan dengarkan dengan seksama apa yang Anda dengar.
Nah, bandingkan apa yang baru saja Anda temukan dengan yang sebelumnya sudah Anda tulis. Anda menemukan perbedaannya, bukan?
Demikianlah cara kerja reframing. Masih ingat artikel tentang framing sebelumnya? Salah satunya saya gunakan dalam latihan di atas, yaitu dari problem frame ke outcome frame.
Memahami bahwa setiap kata dan kalimat yang kita rangkai memiliki fungsi sebagai sebuah kerangka, dengan keduanya pula kita bisa mengubah dan memindahkan kerangka yang sedang kita gunakan guna menghadirkan makna baru dalam benak kita. Menggunakan bahasa yang lebih sederhana, kerangka inilah yang disebut sebagai sub-modality dalam NLP. Anda bisa lihat, hanya dengan menggunakan beberapa pertanyaan reflektif, kita bisa mengotak-atik struktur dari sebuah pengalaman yang sama.
OK. Pikirkan kembali pengalaman tersebut. Ingat-ingatlah secara mendetil kejadiannya ketika itu.
Anda bisa melakukannya? Bagus. Apa yang muncul dalam pikiran Anda? Sebuah gambaran? Suara? Perasaan tertentu?
Sekarang perhatikan lebih detil lagi gambaran yang muncul, perjelas lagi suara yang Anda dengar, dan tingkatkan lagi intensitas perasaan yang Anda rasakan. Jadikan pengalaman itu senyata mungkin sehingga Anda bisa merasakan kembali kondisi Anda ketika itu.
Anda mampu melakukannya? Sangat bagus.
Saya tidak tahu persis bagaimana Anda akan melakukannya, karena sembari Anda menjalankan proses ini, Anda boleh keluar dari gambaran tersebut dan menjadi seorang penonton. Ya, Anda sedang menonton sebuah film tentang kejadian mengesalkan tersebut sekarang. Dengan demikian, Anda melihat dari bangku penonton, Anda mendengar dari telinga seorang penonton, dan Anda merasa menggunakan rasa seorang penonton.
Bisa? Perfect!
Berhentilah sejenak untuk menuliskan apa yang baru saja Anda lihat, dengar, dan rasakan. Barangkali Anda melihat pengalaman tersebut berwarna atau hitam putih, 2 atau 3 dimensi, bergerak atau diam, dll? Mungkin Anda mendengar suara yang keras atau pelan, cepat atau lambat, dari diri Anda sendiri atau dari orang lain, dll? Bisa jadi Anda merasakan perasaan tertentu seperti berat atau ringan, keras atau lembut, dll?
Jika sudah, kembalilah memikirkan kejadian tersebut sepenuhnya, untuk kemudian kembali menjadi penonton. Selami kembali kejadian tersebut sambil tetap mempertahankan detil yang sudah Anda temukan sebelumnya.
Sambil tetap menonton film itu diputar di bioskop tadi sebagai seorang penonton, Anda boleh mulai bertanya kepada diri Anda sendiri:
· Apa maksud baik dari kejadian ini?
· Apa persisnya yang bisa kupelajari dari kejadian ini?
· Bagaimana persisnya pelajaran yang kudapat dari kejadian ini bisa membantuku untuk mencapai tujuan yang ingin kucapai?
Nikmati waktu Anda sampai Anda menemukan beberapa jawaban atas pertanyaan tersebut.
Jika Anda merasa sudah menemukan jawabannya, rasakan apa yang Anda rasakan demi melihat kembali film tersebut. Cermati apa yang Anda lihat dan dengarkan dengan seksama apa yang Anda dengar.
Nah, bandingkan apa yang baru saja Anda temukan dengan yang sebelumnya sudah Anda tulis. Anda menemukan perbedaannya, bukan?
Demikianlah cara kerja reframing. Masih ingat artikel tentang framing sebelumnya? Salah satunya saya gunakan dalam latihan di atas, yaitu dari problem frame ke outcome frame.
Memahami bahwa setiap kata dan kalimat yang kita rangkai memiliki fungsi sebagai sebuah kerangka, dengan keduanya pula kita bisa mengubah dan memindahkan kerangka yang sedang kita gunakan guna menghadirkan makna baru dalam benak kita. Menggunakan bahasa yang lebih sederhana, kerangka inilah yang disebut sebagai sub-modality dalam NLP. Anda bisa lihat, hanya dengan menggunakan beberapa pertanyaan reflektif, kita bisa mengotak-atik struktur dari sebuah pengalaman yang sama.