Masih ingat dengan NLP Presuposition? Nah, salah satu presuposisi favorit saya adalah we cannot not communicate. Dalam bahasa sederhana, sekeras apapun Anda dan saya berusaha untuk tidak berkomunikasi, orang lain akan tetap dapat menangkap apa yang ada dalam pikiran maupun perasaan kita.
Wah, benarkah demikian?
Ya! Kita seringkali terjebak untuk memahami bahwa yang dinamakan komunikasi hanyalah komunikasi verbal alias dalam bentuk lisan melalui perkataan. Nyatanya, penelitian membuktikan bahwa 93% dari proses komunikasi justru berasal dari bahasa non verbal dan hanya 7% saja yang berasal dari bahasa verbal. Dari yang bahasa non verbal itu, 55%-nya adalah kontribusi dari fisiologi/gerakan tubuh kita. Tidak percaya? Coba ingat-ingat satu saat ketika Anda merasa curiga bahwa seseorang sedang berbohong kepada Anda. Apakah Anda mengenalinya melalui kalimat yang ia utarakan? Saya yakin tidak. Sekarang coba pikirkan pengalaman lain ketika Anda merasa percaya kepada seseorang begitu saja sementara ia belum mengatakan berbagai hal untuk membujuk Anda agar percaya. Apa yang membuat Anda mempercayainya? Sorot matanya kah? Kemantapan kata-katanya kah? Genggamannya saat menjabat tangan Anda kah?
Nah, apa yang bisa kita simpulkan dari kenyataan ini?
Tepat! Cermatilah baik bahasa verbal dan non verbal seseorang dan Anda akan memahami isi hatinya. Mencermati bahasa verbal dilakukan dengan cara menandai predikat yang kita gunakan. Anda yang memiliki preferensi visual biasanya akan banyak menggunakan predikat yang berorientasi visual pula. Begitu pun dengan mereka yang audio dan kinestetik, predikat yang banyak mereka gunakan bisa menjadi pintu yang ampuh bagi kita untuk masuk ke dalam dunianya. Ingat, predikat yang banyak digunakan loh. Saya katakan banyak karena memang kita pada umumnya memakai predikat dengan berbagai kombinasi untuk konteks tertentu. Karenanya, Anda perlu memperhatikan konsistensi dan frekuensi tiap penggunaannya.
Tapi, mengapa predikat ya?
Fungsi predikat dalam berbahasa adalah sebagai process word alias kata-kata untuk memproses informasi lain yang ingin kita sampaikan. Ibarat pabrik, predikat adalah jenis dan tipe mesin yang kita gunakan. Karena mesin produksi kita adalah preferensi kinestetik, tentu kita lebih memilih kata-kata seperti “rasanya”, “memahami”, dll yang merupakan representasi yang paling cocok untuk mesin produksi ini. Inilah sebabnya dalam proses selanjutnya untuk membangun keakraban dengan seseorang, kita harus menyesuaikan predikat yang kita gunakan dengan lawan bicara kita. Dengan demikian, kita bisa lebih memahami proses berpikir yang dialaminya sekaligus membantunya memahami sudut pandang yang kita tawarkan. Bukankah kita cenderung lebih menyukai orang yang mirip dengan kita?
Berikut ini adalah beberapa daftar predikat yang biasa kita gunakan.
Visual Auditori Kinestetik
Melihat Mengumumkan Irama
Mencermati Menjawab Menghentikan
Menunjukkan Mendengar Menghalangi
Memperlihatkan Berargumentasi Membawa
Tampak jelas/kabur Menanyakan Nyaman
Cukup terang Menghubungi Konkrit/nyata
Berwarna Ceria Merasakan
Masih gelap Memprotes Menggairahkan
Muncul/menghilang Mengemukakan Terasa pas
Memperhatikan Menangis Membungkus
Dihadapkan Sunyi/berisik Memegang/melepas
Sekilas Mendiskusikan Meraih
Fokus Menggerutu Berat/ringan
Bersinar Menyelaraskan Menyakitkan
Mencerahkan Menjelaskan Menggerakkan
Membayangkan Mempertanyakan Menekan
Sudut pandang Meminta Berlari
Menggambarkan Menyahut Melewati
Merefleksikan Berbicara Melangkah
Memindai Menerjemahkan Berjalan mulus
Memata-matai Berteriak Menderita
Menonton Menyentuh
Menyatukan
Menghangatkan
Menyegarkan
Berbau
Mencium
Asam/manis/pahit/
Hambar
Di samping predikat dari ketiga jenis preferensi tersebut, ada juga predikat yang tidak termasuk dalam salah satu preferensi. Kata-kata seperti ini biasa disebut sebagai digital predicate. Berikut ini beberapa di antaranya.
Menyadari
Meyakini
Mengubah
Mempertimbangkan
Memutuskan
Mengalami
Mengetahui
Mempelajari
Memotivasi
Memproses
Mempertanyakan
Memikirkan
Omong-omong, sampai di sini, Anda bisa menebak preferensi saya? Bagus.
Nah, sisi lain, mencermati bahasa non verbal bisa dilakukan dengan 2 cara: mengamati arah gerak mata dan gerak tubuh. Kita bahas satu per satu ya.
Berbagai penelitian mutakhir tentang otak menemukan bahwa ada korelasi antara gerak mata dengan proses internal yang dialami oleh seseorang. Tidak percaya? Baiklah. Sekarang juga, ajak salah seorang rekan Anda untuk melakukan sebuah eksperimen. Tanyakan kepadanya pertanyaan berikut:
Jelaskan kepada saya selengkapnya bagaimana bentuk dari pintu rumah Anda.
Bayangkan pintu tersebut sekarang dicat dengan motif Polkadot dengan gambar wajah Anda mengenakan pakaian Elvis Presley terpasang di depannya.
Ingat-ingat dan ceritakan kepada saya pesan terpenting yang pernah diucapkan oleh Ibu Anda.
Buatlah dan ceritakan kepada saya kisah singkat tentang kisah sukses Anda 10 tahun mendatang.
Nah, sembari mendengarkan jawabannya, perhatikanlah arah gerak matanya. Sudah? Hmm…Anda mulai memahami maksud saya, kan?
Yak, gerak mata seseorang ketika memikirkan sesuatu tidaklah terjadi secara acak. Gerak mata bahkan sebenarnya memiliki fungsi sebagai kunci yang memudahkan kita untuk mencapai suatu proses neurologis tertentu. Begini polanya:
Jika seseorang menggerakkan mata ke arah kiri atas, mereka sedang mengingat-ingat sebuah gambaran yang pernah mereka lihat sebelumnya (visual remembered).
Jika gerakan matanya ke arah kanan atas, mereka sedang mereka-reka sebuah gambaran yang belum pernah mereka lihat sebelumnya (visual constructed).
Gerakan mata ke arah kiri datar berarti mereka sedang mengingat-ingat kata-kata atau suara yang pernah mereka dengar (auditory remembered)
Gerakan ke arah kanan datar berarti mereka sedang mereka-reka kata-kata atau suara yang belum pernah mereka dengar (auditory constructed)
Gerakan mata ke kiri bawah mengindikasikan ia sedang melakukan dialog terhatap diri sendiri/internal dialogue
Gerakan mata ke kanan bawah mengindikasikan ia sedang menggunakan kinestetiknya untuk merasakan sesuatu (sensasi, emosi, dll).
Pertanyaannya: apakah ini adalah patokan baku?
Jelas tidak. Bagi mereka yang kidal, Anda harus mencermatinya secara terbalik. Hanya untuk kinestetik dan internal dialogue saja yang umumnya masih sama. Well, bagaimanapun, ini adalah “peta” yang disediakan oleh NLP untuk memahami orang lain. Apakah memang ini adalah realitas yang sesungguhnya? Anda harus mencoba dan membuktikannya sendiri.
Cara kedua adalah dengan mengamati gerakan tubuh. Orang-orang dengan preferensi visual biasanya berdiri dan duduk dengan posisi tegak dengan pandangan mata lurus ke depan. Mereka bernafas dengan gerakan pendek dan di dada bagian atas. Ketika ia sedang mengakses ingatan tentang sebuah gambaran tertentu, ia bahkan berhenti bernafas sejenak. Ketika gambaran tersebut sudah muncul dalam benak mereka, nafasnya pun berlanjut. Mereka berbicara dengan cepat, nada tinggi, dan volume keras. Gaya belajar mereka adalah dengan melihat dan amat mudah bosan jika harus banyak mendengarkan ceramah. Mereka selalu berusaha untuk meminta penjelasan dengan gambar visual yang dapat mereka lihat. Satu hal yang penting diingat: beri mereka jarak tertentu yang memungkinkan untuk melihat secara jelas ketika berkomunikasi dan jangan berbicara terlalu dekat.
Mereka yang auditori seringkali tampak berpikir dengan menggerakkan mata dari satu sisi ke sisi lain dengan arah mendatar. Mereka bernafas di tengah dada, dengan kecepatan sedang, dan berirama. Cobalah tanyakan tentang pengalaman yang pernah mereka lalui, dan Anda akan mendengar terlebih dahulu cerita tentang kata-kata atau suara yang pernah mereka dengar. Banyak memproses informasi dalam bentuk suara membuat mereka lebih memilih untuk merespon dengan kata-kata mereka sendiri disertai dengan irama atau musik yang mereka sukai. Mereka seringkali berbicara cukup panjang untuk menjelaskan semua hal dengan kata-kata. Tidak mengherankan, mereka senang mendominasi suatu pembicaraan disebabkan perbendaharaan kata-kata mereka yang banyak. Orang auditori lebih sedang belajar dengan cara mendengarkan. Mereka lebih mudah berpikir dan mengingat dengan mengikuti suatu prosedur, langkah-langkah, dan urutan pola tertentu yang teratur. Amat menyenangkan bagi mereka jika orang lain mau menjelaskan progres dari suatu pekerjaan dengan cara bercerita kepada mereka. Karena mereka amat sensitif dengan suara, sesuaikan nada bicara, kecepatan, dan predikat yang mereka gunakan untuk menimbulkan keakraban.
Orang kinestetik seringkali tampak berpikir dengan mengarahkan matanya ke arah kanan bawah. Mereka menggunakan predikat yang mengindikasikan adanya sensasi, gerakan, ataupun tindakan seperti menyentuh, merasakan, hangat, dll. Karena ingin merasakan setiap hal, mereka bernafas di bagian perut dan dengan ritme yang lambat. Mereka berbicara dengan suara rendah, dalam, cenderung berat, lembut, dan menggunakan jeda yang agak lama ketika sedang mengakses informasi yang sudah lama terpendam. Ketika mereka sedang berpikir mengenai dirinya sendiri, tubuh mereka akan tampak penuh dan ringan. Sebaliknya, akan tampak sekali otot-otot mereka mengeras ketika sedang berpikir mengenai hal-hal di luar dirinya. Umumnya orang kinestetik bergerak dengan cukup lambat, seolah-olah ingin merasakan setiap langkah yang mereka ambil. Mereka senang dengan sentuhan dan kedekatan. Karenanya, Anda bisa mengambil jarak yang cukup dekat ketika berbicara dengan mereka. Mereka merasakan emosi dengan begitu dalam, sehingga tidak mudah berubah-ubah kondisi emosi. Ketika sedang sedih, mereka bisa mengalami depresi, sementara ketika sedang senang, kegembiraan mereka meluap-luap. Keahlian mereka adalah merasakan suatu kondisi tertentu dalam tiap situasi yang mereka alami. Untuk masuk ke dalam dunia mereka, pastikan Anda menyentuh sisi emosi dan perasaan mereka.
Nah, saatnya praktik sekarang
Wah, benarkah demikian?
Ya! Kita seringkali terjebak untuk memahami bahwa yang dinamakan komunikasi hanyalah komunikasi verbal alias dalam bentuk lisan melalui perkataan. Nyatanya, penelitian membuktikan bahwa 93% dari proses komunikasi justru berasal dari bahasa non verbal dan hanya 7% saja yang berasal dari bahasa verbal. Dari yang bahasa non verbal itu, 55%-nya adalah kontribusi dari fisiologi/gerakan tubuh kita. Tidak percaya? Coba ingat-ingat satu saat ketika Anda merasa curiga bahwa seseorang sedang berbohong kepada Anda. Apakah Anda mengenalinya melalui kalimat yang ia utarakan? Saya yakin tidak. Sekarang coba pikirkan pengalaman lain ketika Anda merasa percaya kepada seseorang begitu saja sementara ia belum mengatakan berbagai hal untuk membujuk Anda agar percaya. Apa yang membuat Anda mempercayainya? Sorot matanya kah? Kemantapan kata-katanya kah? Genggamannya saat menjabat tangan Anda kah?
Nah, apa yang bisa kita simpulkan dari kenyataan ini?
Tepat! Cermatilah baik bahasa verbal dan non verbal seseorang dan Anda akan memahami isi hatinya. Mencermati bahasa verbal dilakukan dengan cara menandai predikat yang kita gunakan. Anda yang memiliki preferensi visual biasanya akan banyak menggunakan predikat yang berorientasi visual pula. Begitu pun dengan mereka yang audio dan kinestetik, predikat yang banyak mereka gunakan bisa menjadi pintu yang ampuh bagi kita untuk masuk ke dalam dunianya. Ingat, predikat yang banyak digunakan loh. Saya katakan banyak karena memang kita pada umumnya memakai predikat dengan berbagai kombinasi untuk konteks tertentu. Karenanya, Anda perlu memperhatikan konsistensi dan frekuensi tiap penggunaannya.
Tapi, mengapa predikat ya?
Fungsi predikat dalam berbahasa adalah sebagai process word alias kata-kata untuk memproses informasi lain yang ingin kita sampaikan. Ibarat pabrik, predikat adalah jenis dan tipe mesin yang kita gunakan. Karena mesin produksi kita adalah preferensi kinestetik, tentu kita lebih memilih kata-kata seperti “rasanya”, “memahami”, dll yang merupakan representasi yang paling cocok untuk mesin produksi ini. Inilah sebabnya dalam proses selanjutnya untuk membangun keakraban dengan seseorang, kita harus menyesuaikan predikat yang kita gunakan dengan lawan bicara kita. Dengan demikian, kita bisa lebih memahami proses berpikir yang dialaminya sekaligus membantunya memahami sudut pandang yang kita tawarkan. Bukankah kita cenderung lebih menyukai orang yang mirip dengan kita?
Berikut ini adalah beberapa daftar predikat yang biasa kita gunakan.
Visual Auditori Kinestetik
Melihat Mengumumkan Irama
Mencermati Menjawab Menghentikan
Menunjukkan Mendengar Menghalangi
Memperlihatkan Berargumentasi Membawa
Tampak jelas/kabur Menanyakan Nyaman
Cukup terang Menghubungi Konkrit/nyata
Berwarna Ceria Merasakan
Masih gelap Memprotes Menggairahkan
Muncul/menghilang Mengemukakan Terasa pas
Memperhatikan Menangis Membungkus
Dihadapkan Sunyi/berisik Memegang/melepas
Sekilas Mendiskusikan Meraih
Fokus Menggerutu Berat/ringan
Bersinar Menyelaraskan Menyakitkan
Mencerahkan Menjelaskan Menggerakkan
Membayangkan Mempertanyakan Menekan
Sudut pandang Meminta Berlari
Menggambarkan Menyahut Melewati
Merefleksikan Berbicara Melangkah
Memindai Menerjemahkan Berjalan mulus
Memata-matai Berteriak Menderita
Menonton Menyentuh
Menyatukan
Menghangatkan
Menyegarkan
Berbau
Mencium
Asam/manis/pahit/
Hambar
Di samping predikat dari ketiga jenis preferensi tersebut, ada juga predikat yang tidak termasuk dalam salah satu preferensi. Kata-kata seperti ini biasa disebut sebagai digital predicate. Berikut ini beberapa di antaranya.
Menyadari
Meyakini
Mengubah
Mempertimbangkan
Memutuskan
Mengalami
Mengetahui
Mempelajari
Memotivasi
Memproses
Mempertanyakan
Memikirkan
Omong-omong, sampai di sini, Anda bisa menebak preferensi saya? Bagus.
Nah, sisi lain, mencermati bahasa non verbal bisa dilakukan dengan 2 cara: mengamati arah gerak mata dan gerak tubuh. Kita bahas satu per satu ya.
Berbagai penelitian mutakhir tentang otak menemukan bahwa ada korelasi antara gerak mata dengan proses internal yang dialami oleh seseorang. Tidak percaya? Baiklah. Sekarang juga, ajak salah seorang rekan Anda untuk melakukan sebuah eksperimen. Tanyakan kepadanya pertanyaan berikut:
Jelaskan kepada saya selengkapnya bagaimana bentuk dari pintu rumah Anda.
Bayangkan pintu tersebut sekarang dicat dengan motif Polkadot dengan gambar wajah Anda mengenakan pakaian Elvis Presley terpasang di depannya.
Ingat-ingat dan ceritakan kepada saya pesan terpenting yang pernah diucapkan oleh Ibu Anda.
Buatlah dan ceritakan kepada saya kisah singkat tentang kisah sukses Anda 10 tahun mendatang.
Nah, sembari mendengarkan jawabannya, perhatikanlah arah gerak matanya. Sudah? Hmm…Anda mulai memahami maksud saya, kan?
Yak, gerak mata seseorang ketika memikirkan sesuatu tidaklah terjadi secara acak. Gerak mata bahkan sebenarnya memiliki fungsi sebagai kunci yang memudahkan kita untuk mencapai suatu proses neurologis tertentu. Begini polanya:
Jika seseorang menggerakkan mata ke arah kiri atas, mereka sedang mengingat-ingat sebuah gambaran yang pernah mereka lihat sebelumnya (visual remembered).
Jika gerakan matanya ke arah kanan atas, mereka sedang mereka-reka sebuah gambaran yang belum pernah mereka lihat sebelumnya (visual constructed).
Gerakan mata ke arah kiri datar berarti mereka sedang mengingat-ingat kata-kata atau suara yang pernah mereka dengar (auditory remembered)
Gerakan ke arah kanan datar berarti mereka sedang mereka-reka kata-kata atau suara yang belum pernah mereka dengar (auditory constructed)
Gerakan mata ke kiri bawah mengindikasikan ia sedang melakukan dialog terhatap diri sendiri/internal dialogue
Gerakan mata ke kanan bawah mengindikasikan ia sedang menggunakan kinestetiknya untuk merasakan sesuatu (sensasi, emosi, dll).
Pertanyaannya: apakah ini adalah patokan baku?
Jelas tidak. Bagi mereka yang kidal, Anda harus mencermatinya secara terbalik. Hanya untuk kinestetik dan internal dialogue saja yang umumnya masih sama. Well, bagaimanapun, ini adalah “peta” yang disediakan oleh NLP untuk memahami orang lain. Apakah memang ini adalah realitas yang sesungguhnya? Anda harus mencoba dan membuktikannya sendiri.
Cara kedua adalah dengan mengamati gerakan tubuh. Orang-orang dengan preferensi visual biasanya berdiri dan duduk dengan posisi tegak dengan pandangan mata lurus ke depan. Mereka bernafas dengan gerakan pendek dan di dada bagian atas. Ketika ia sedang mengakses ingatan tentang sebuah gambaran tertentu, ia bahkan berhenti bernafas sejenak. Ketika gambaran tersebut sudah muncul dalam benak mereka, nafasnya pun berlanjut. Mereka berbicara dengan cepat, nada tinggi, dan volume keras. Gaya belajar mereka adalah dengan melihat dan amat mudah bosan jika harus banyak mendengarkan ceramah. Mereka selalu berusaha untuk meminta penjelasan dengan gambar visual yang dapat mereka lihat. Satu hal yang penting diingat: beri mereka jarak tertentu yang memungkinkan untuk melihat secara jelas ketika berkomunikasi dan jangan berbicara terlalu dekat.
Mereka yang auditori seringkali tampak berpikir dengan menggerakkan mata dari satu sisi ke sisi lain dengan arah mendatar. Mereka bernafas di tengah dada, dengan kecepatan sedang, dan berirama. Cobalah tanyakan tentang pengalaman yang pernah mereka lalui, dan Anda akan mendengar terlebih dahulu cerita tentang kata-kata atau suara yang pernah mereka dengar. Banyak memproses informasi dalam bentuk suara membuat mereka lebih memilih untuk merespon dengan kata-kata mereka sendiri disertai dengan irama atau musik yang mereka sukai. Mereka seringkali berbicara cukup panjang untuk menjelaskan semua hal dengan kata-kata. Tidak mengherankan, mereka senang mendominasi suatu pembicaraan disebabkan perbendaharaan kata-kata mereka yang banyak. Orang auditori lebih sedang belajar dengan cara mendengarkan. Mereka lebih mudah berpikir dan mengingat dengan mengikuti suatu prosedur, langkah-langkah, dan urutan pola tertentu yang teratur. Amat menyenangkan bagi mereka jika orang lain mau menjelaskan progres dari suatu pekerjaan dengan cara bercerita kepada mereka. Karena mereka amat sensitif dengan suara, sesuaikan nada bicara, kecepatan, dan predikat yang mereka gunakan untuk menimbulkan keakraban.
Orang kinestetik seringkali tampak berpikir dengan mengarahkan matanya ke arah kanan bawah. Mereka menggunakan predikat yang mengindikasikan adanya sensasi, gerakan, ataupun tindakan seperti menyentuh, merasakan, hangat, dll. Karena ingin merasakan setiap hal, mereka bernafas di bagian perut dan dengan ritme yang lambat. Mereka berbicara dengan suara rendah, dalam, cenderung berat, lembut, dan menggunakan jeda yang agak lama ketika sedang mengakses informasi yang sudah lama terpendam. Ketika mereka sedang berpikir mengenai dirinya sendiri, tubuh mereka akan tampak penuh dan ringan. Sebaliknya, akan tampak sekali otot-otot mereka mengeras ketika sedang berpikir mengenai hal-hal di luar dirinya. Umumnya orang kinestetik bergerak dengan cukup lambat, seolah-olah ingin merasakan setiap langkah yang mereka ambil. Mereka senang dengan sentuhan dan kedekatan. Karenanya, Anda bisa mengambil jarak yang cukup dekat ketika berbicara dengan mereka. Mereka merasakan emosi dengan begitu dalam, sehingga tidak mudah berubah-ubah kondisi emosi. Ketika sedang sedih, mereka bisa mengalami depresi, sementara ketika sedang senang, kegembiraan mereka meluap-luap. Keahlian mereka adalah merasakan suatu kondisi tertentu dalam tiap situasi yang mereka alami. Untuk masuk ke dalam dunia mereka, pastikan Anda menyentuh sisi emosi dan perasaan mereka.
Nah, saatnya praktik sekarang
0 comments:
Komentar baru tidak diizinkan.